Foto: Istimewa, Silaturrahim Dzurriyah, Masyayikh, Habaib dan Ulama se-Jawa Timur.
SITUBONDO- Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, KHR Azaim Ahmad Azaim Ibrahimy mengemukakan, sebagaimana analisa yang mengatakan, bahwasanya ada dua karakter NU saat ini, yaitu kultural dan struktural.
Menurutnya, NU struktural masih cenderung berpolemik dengan politik praktis. Sedangkan NU kultural yang memiliki i'tikad baik untuk mempertahankan Khittah Nahdliyyah.
Hal itu diutarakanya saat acara silaturrahim Dzurriyah NU, Masyayikh, Habaib dan Ulama se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, yang dilansir dan diberitakan oleh media RRI, Kamis (21/11/2019).
KHR Azaim menuturkan, forum itu menyepakati sembilan rumusan yang wajib dikawal oleh warga Nahdliyyin, karena sesuai dengan garis yang telah diarahkan para Muassis NU.
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo itu mengatakan, bahwasanya sembilan rumusan tersebut merupakan buah pikiran dan semangat kebatinan warga Nahdliyyin.
"Selama sesuai dengan garis yang diarahkan para Muassis, wajib kita mengawalnya," tegas KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.
Komite Khittah Nahdlatul Ulama 1926 (KKNU26), selaku penyelenggara acara Silaturrahim, akan membawa hasil rumusan kepada penggagas KKNU26, yaitu, KH Shalahuddin Wahid atau yang dikenal dengan Gus Shalah, yang saat ini sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta.
"Kita akan meminta arahan kepada KH Shalahuddin Wahid yang sedang sakit. Dan akan meminta masukan terkait langkah-langkah yang akan dilakukan," tutur cucu salah satu pendiri NU, KHR As'ad Syamsul Arifin ini.
Menurut Kiai muda kharismatik ini, rumusan tersebut sangat penting untuk pemurnian NU sebagai pelayan ummat dengan memperjuangkan kebenaran dan keadilan, yang saat ini banyak diabaikan oleh sebagian Nahdliyyin dari kalangan struktural NU.
"Kondisi jam'iyyah NU, semua merasakan butuhnya pemurnian atau mengawal agar Khittah Nahdliyyah ini maksimal, dan dilaksanakan hingga terwujud secara menyeluruh," terang KHR Azaim.
Sementara itu, Pengurus KKNU26, Agus Shalahul Aam, yang dikenal dengan sebutan Gus Aam berharap, tujuh rumusan akan disampaikan kepada seluruh pengurus struktural NU, mulai dari tingkat pusat yaitu PBNU, sampai kepada tingkat ranting.
"Rumusan ini semoga bisa disepakati bersama PBNU dan terjadi sinergi antara Komite Khittah dengan PBNU, sehingga rumusan ini membawa kemaslahatan untuk jam'iyyah NU, dan memberikan manfaat untuk umat Islam keseluruhan," papar cucu salah satu pendiri NU, KH Wahab Chasbullah.
Kata Gus Aam, jika NU baik maka Indonesia akan baik. Sebab sejak perjuangan kemerdekaan sampai saat ini, NU punya peran yang sangat besar. Gus Aam berharap, mudah-mudahan dengan baiknya NU akan memberi kemaslahatan bagi seluruh umat Islam, maupun umat yang lainnya.
Adapun sembilan point rumusan diantaranya;
1. Sebagai prinsip pergerakan dan pengabdian, khittah secara substansif sejatinya sudah digariskan oleh KH. Hasyim Asy’ari, yakni kembali pada garis perjuangan para ulama salafus sholihin sebagaimana doa yang biasa dipanjatkan kepada Allah SWT. Untuk itu, khittah sebagai garis perjuangan perlu diaktualisasikan kembali dalam ranah jam’iyah diniyah (keagamaan) dan ijtima’iyah (sosial kemasyarakatan).
2. Melaui Gerakan kultural ini, majelis silaturahim mengajak kepada semua warga NU untuk selalu melakukan muhasabah terhadap fenomena ke-NU-an yang terjadi selama ini. Tindakan koreksi diri menjadi lebih bijak karena tidak ada kesempurnaan dalam diri setiap manusia. Selain koreksi diri, kita semua juga memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada jam’iyah NU agar menjalankan organisasi sebagai sarana ibadah, perjuangan, dan pengabdian kepada Allah SWT. Jangan jadikan organisasi sebagai alat untuk memuluskan kepentingan pragmatis pribadi dengan menjauhkan prinsip perjuangan yang telah dibangun oleh para muassis NU.
3. Niat tulus dan ikhlas dalam memperjuangkan NU hanya mengharap target keridloan Allah. Jika ada di antara kita, baik yang jadi pengurus maupun tidak, melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan tradisi NU maka tegurlah dengan benar dan sabar dengan makna seutuhnya, tawashou bil haq watawa shou bi shobri.
4. Permusyawaratan dalam tubuh NU sebagai jam’iyah harus mendasarkan pada prinsip dan nilai-nilai yang dibangun para muassis. Untuk mengembalikan prinsip-prinsip permusyawaratan tersebut, dalam setiap penyelenggaraan permusyawaratan diberbagai tingkatan agar tidak menggunakan cara-cara yang tidak terpuji, seperti mempengaruhi musyawirin dengan politik uang. Fenomena permainan uang dalam setiap permusyawaratan tentu tidak berjalan secara tunggal, ada keterlibatan pihak lain yang ingin memanfaatkan NU secara pragmatis. Jika ini masih terjadi dan terus dipertontonkan para pengurus, kami khawatir NU akan kehilangan wibawa dan kharismanya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Forum silaturahim meminta kepada PBNU agar melakukan kerja koreksi dan seleksi terhadap penyimpangan akidah dan paham keagamaan. Karena ada indikasi penyusupan terhadap penyimpangan akidah yang tidak sejalan dengan akidah dan prinsip-prinsip aswaja di tubuh jam’iyah NU.
6. Kepada seluruh warga NU yang berperan dalam politik dan penyelenggaraan pemerintahan tetap istikomah membawa amanah NU, sehingga NU tidak hanya dijadikan alat perebutan kekuasaan tapi harus bermanfaat dan maslahat secara umum.
7. Mengembalikan peran dan fungsi kelembagaan musytasar dengan melibatkan syuriah untuk mendorong para pengurus di NU maupun badan otonom agar menjalankan keorganisasian secara baik dan benar, untuk kepentingan jam’iyah dan jamaah. Selama ini peran dan fungsi tersebut belum berjalan secara maksimal sehingga banyak penyimpangan tanpa ada sanksi dan teguran, baik secara organisatoris maupun pribadi.
8. Jam’iyah NU harus dijalankan secara benar dengan mengedepan peran sebagai penegak kebenaran dan keadilan (ashabul haq wa ‘adl), bukan menjalankan fungsi legitimasi terhadap otoritas kebijakan kekuasaan (ashabul qoror).
9. Mengimbau kepada seluruh warga nahdliyin untuk terus secara istikomah membaca wirid YA JABBAR YA QOHHAR dengan niat menjaga marwah NU, sehingga siapa pun yang berniat jahat kepada NU akan mendapat keadilan Allah SWT.
)* Berita ini sudah dimuat di media RRI Jember, yang di tulis oleh Diana Arista Reporter RR Jember.