Advisor Mendes Ajak GP Ansor Bondowoso Dorong Kewirausahaan Sosial

Iklan Semua Halaman

Advisor Mendes Ajak GP Ansor Bondowoso Dorong Kewirausahaan Sosial

Kamis, 21 November 2019
FOTO: Masril Koto, Advisor bidang kewirausaan Sosial Kementrian Desa, Pembanguanan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi dalam acara 'Nyangkruk Bareng'.


BONDOWOSO- Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bondowoso perlu mendorong kewirausahan sosial untuk menyelesaikan problem-problem sosial ditengah-tengah masyarakat dengan pendekatan ekonomi.

Demikian diutarakan Masril Koto, Advisor bidang kewirausaan Sosial Kementrian Desa, Pembanguanan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi dalam acara 'Nyangkruk Bareng' di Pendopo Bupati Bondowoso, Rabu (20/11/201) malam.

Menurut Masril, Kewirausahaan sosial itu merupakan strategi dan cara baru bagaimana mengatasi persoalan sosial kekinian.

" Kewirausahaan sosial perlu didorong apabila terjadi kekosoan strategi. Contohnya ketika berbicara tentang sampah yang berkaitan dengan lingkungan. Maka, kita membuat bank sampah, itu salah satu contoh pendekatan ekonomi yang digunakan kewirausahaan sosial, " ujarnya.


Foto: peserta Nyangkruk Bareng.


Founder Bank Petani itu menuturkan, menyelesaikan problem sosial ditengah-tengah masyarakat itu perlu dengan pendekatan ekonomi. Misalnya mengatasi problem masyarakat terkait dengan terjeratnya petani terhadap rentenir.

Menurutnya, maka perlu membangun agregator, bagaimana caranya mengupayakan pembangunan usaha yang berdampak terhadap orang banyak, berdapakan pada ranah sosialnya, maupun ekonominya masyarakat itu sendiri.

Dia mengungkapan di Indonesia kewirausahaan sosial sebetulnya memang belum banyak. Seharusnya, dengan keberagaman di Indonesia, sangat pas dan tepat menggunakan pendekatan-pendekatan kewirausahaan sosial,

" Dialog-dialog, kita harus hidupkan, karena dialog itu adalah proses-prosesnya dalam kewirausahaan sosial. Tapi untuk mengimplementasikanya adalah pola-pola kewirausahaan sosial, maka cara itulah biayanya sangat rendah, serta ekonimis, tapi impaknya banyak.

Dia membeberkan, di beberapa Negara, malah kewirausahaan sosial ini sudah dimasukan ke undang-undangnya mereka. Mereka itu sudah mengatur benar pendekatan-pendekatan kewirausahaan sosial.

Dikatakannya, orang yang menggerakan kewirausahan sosial ini, mereka tidak hanya berbicara untung rugi yang didapatkan. Namun yang diprioritaskan seberapa banyak orang dilingkungan yang mendapatkan impak atau danpak manfaat dari kewirausahaan sosial itu, maka itulah yang disebut untung oleh mereka dan ekonomi yang mereka dapat untuk keberlanjutan organisasinya.

" Makanya kita mendorong terhadap organisasi-organisasi yang ada di Indonesia ini untuk bisa melaksanakan kewirausahaan sosial, contoh seperti GP Ansor ini, itu bisa didorong untuk melakukan pendekatan-pendekatan sosial. Pesantren misalnya, itu jiga bisa dilakukan pendekatan-pendekatan kewirausahaan sosial," terangnya

Dia menjelaskan, basis kewirausahaan sosial itu bermacam-macam. Ada yang berbasis lingkungan sosial, ada yang berbasis finansial keuangan, ada yang berbasiskan pengetahuan pendidikan. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran orang beleh bersekolah asalkan bukunya saling disubsidi antara yang ada dan tidak, sistemnya mereka yang buat dan menentukan sendiri.

Katanya, kewirausahaan sosial itu tidak melulu berupa kegiatan ekonomi, tapi juga berupa pendidikan dengan cara melakukan pengorganisiran sendiri. Kewirausahaan sosial itu mudak awal adalah sosial, baru kemudian dana atau mudal.

" Di Indonesia saat ini yang justru menggandrungi senang dengan pola kewirausahaan sosial itu anak muda yang golongan menengah," pungkasnya.

Melalui acara Nyangkruk Bareng yang mengangkat tema Pengembangan Kewirausahaan Sosial Berbasi Pesantren dan Desa, Kapriyanto berharap para pemuda harus mampu menjadi ujung tombak dalam pengembangan pertanian, sehingga Bondowoso mampu menjadi sentrum pertanian di Tapal Kuda.

Hadir dalam acara ini sebagai pembicara Masril Koto Advisor bidang kewirausaan Sosial Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi, Darus Izza Al-Fatawi Pendiri Pesantren Pertanian, Hermanto Rahman Koordinator Pusat Pemberdayaan LP2M Universitas Jember, dan Moehammad Tari, Pendamping Ahli (PA) Pembangunan Partisipatif