Doc. Ali Wafi
KETEGUHAN IMAN
Oleh
Ali Wafi (al-Fakir) PAC GP Ansor Wonosari
Sahabat… tidak ada seorangpun yang dapat
mengetahui sebelumnya, bagaimana dan kapan iman itu akan datang memasuki hati
dan jiwa kita. Adakalanya orang secara mendadak tanpa ada persiapan mental,
tahu-tahu dia menemukan keimanannya. Ada pula orang yang semula bermaksud
melawan keimanannya, tetapi justru pada akhirnya dia malah tertarik dan
kemudian mempercayainya. Ada lagi yang lain, semula dia memang sudah ada
kemauan dan kesiapan diri untuk menerima iman tapi pada akhirnya ia menjadi
orang yang tak beriman.
Kehadiran iman memang misteri, walaupun
demikian kalau iman sudah hadir dalam sanubari kita, maka menjadi tanggung
jawab kita untuk tetap terus menjaga keimanan itu. Karena iman merupakan anugerah
tertinggi Tuhan, maka sepantasnyalah manusia yang beriman dalam hidupnya untuk
selalu mengedepankan kemuliaan. Dalam buku (Apabila Iman Tetap Bertahan)
Muhammad Tholhah Hasan menegaskan “Iman adalah jenis tanaman unggul, sementara
kemuliaan adalah bunga yang mekar dalam rerimbunan tanaman unggulan” (2007:23).
Petunjuk (hidayah) dan bimbingan
kebenaran (taufiq) diberikan oleh Allah Swt. kepada semua makhluk-Nya
baik itu manusia maupun jenis binatang lain. Dalam keyakinan apapun, manusia
selalu membutuhkan petunjuk dan bimbingan dari Tuhan agar manusia mampu
mengambil pilihan yang tepat dalam menghadapi berbagai macam masalah dan
kebutuhan hidupnya. Manusia memang makhluk berakal yang luar biasa, tetapi
manusia tetap dalam keterbatasannya, dan
Allah Tuhan Maha Pencipta sudah memberitahukan hal itu kepada manusia melalui
wahyu yang diberikan kepada para Rasul dan para Nabi, hanya saja manusia
seringkali bersikap sombong dan tidak mau tahu.
Perbedaan kualitas hidayah dan taufiq
bisa mengalami sebuah perubahan dan pasang surut sesuai tingkat respon manusia
itu sendiri terhadap hidayah yang diperolehnya. Tuhanlah yang
menciptakan semuanya, yang meyempurnakan ciptaan-Nya dan yang menentukan
kemampuan masing-masing makhluk-Nya. Allah Swt. berfirman:
إِنَّا هَدَيْنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا
شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
Artinya: Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
(QS. al-Insan: 3)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (QS. al-Ankabut: 69)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ
صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا
حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ
الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah
ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang
yang tidak beriman. (QS. al-An’am: 125).
Keimanan yang kerap kali sulit difahami,
bagaimana ia mudah datang dan pergi pada diri seseorang, tapi ia juga begitu
sulit memasuki hati orang yang sepertinya sudah siap menerimanya. Maha Suci
Allah yang mengendalikan hati dan jiwa hamba-hamba-Nya. Ya Allah Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu. Aamiin.